artikel-senior.blogspot.co.id |
Sudah menjadi kebiasaan bagi muslim bahwa setelah seseorang
telah dimakamkan, maka pada malam harinya banyak orang yang berkumpul untuk
tahlilan ataupun sekedar menghibur bagi keluarga yang ditinggalkan. Bahasa
agama menyebutnya “takziyah”. Dan bagi keluarga yang ditinggalkan akan
mengadakan acara slametan
Slametan diserap
dari bahasa arab Salamah yang mempunyai arti selamat atau damai. Pada
dasarnya tujuan slametan adalah sedekahan
dengan harapan dijauhkan dari hal-hal yang membahayakan baik untuk keluarga
yang ditinggalkan ataupun bagi ahli kubur itu sendiri.
Biasanya mereka yang berkumpul akan mendoakan ahli kubur
dengan membaca surat Yasin dan bacaan tahlil. Pada daerah tertentu seperti
tempat kelahiran penulis, Brebes dan sekitarnya, Yasinan dan tahlilan
dilaksanakan sampai tujuh hari.
Pada tiga hari pertama biasanya warga yang slametan dikasih brekat (makanan beserta lauk pauk yang biasanya ditempatkan di
ember atau bakul kecil, namun pada masa kekinian modelnya berubah bukan lagi
makanan mateng melainkan bahan-bahan pokok makanan yang masih mentah). Begitu
pula ketika pada waktu tujuh hari, warga yang slametan mendapat brekat
namun porsinya lebih banyak dari sebelumnya.
Pelaksanaan slametan biasanya
berlanjut sampai pada hari ke 40 (matang puluh), pada hari ke 100 (nyatus),
pada hari peringatan genap tahun pertama (mendak pisan), pada peringatan genap
tahun kedua (mendak pindo), pada peringatan genap tahun ke tiga (mendak ping
telu) atau slametan terahir yang
menandai telah 1000 hari. Biasanya dengan disertai ritual mengganti batu nisan.
Baca juga : Pengertian Slametan dan ragamnya dalam adat jawa
Baca juga : Pengertian Slametan dan ragamnya dalam adat jawa
Banyak ahli sejarah yang mengaitkan pelaksanaan slametan peringatan tersebut dengan
proses pembusukan tubuh yang mati sebelum pada ahirnya melebur dengan tanah.
Dalam kondisi normal, proses peleburan jasad manusia berlangsung dalam tujuh
tahap.
Rahasia dibalik selamatan 3, 7, 40, 100 sampai 1000 hari setelah orang meninggal adalah sebagai berikut :
Tahap pertama adalah tiga hari setelah jasad dimakamkan
ketika diyakini jasad mulai membengkak.
Tahap kedua adalah hari ketujuh, ketika
pembengkakan menuju puncaknya dan ahirnya meletus. Setelah itu daging hancur,
terurai dan kemudian membusuk.
Setelah 40 hari yaitu tahap ke tiga, proses pembusukan ini
diikuti dengan pergerakan tubuh secara perlahan namun pasti, Kepala perlahan
mulai tegak seperti halnya lutut. Sementara pada hari ke-100 yang menjadi tahap
ke empat tubuh yang membusuk berubah menjadi seperti orang duduk tegak dengan
lutut tertekuk keatas.
Pada tahap ke lima atau setahun setelah kematian, lambat
laun kepala akan mencapai lutut. Setahun kemudian atau tahap ke enam, setelah
semua daging sudah hancur tak tersisa, kaki jenazah akan tertekuk sampai
kebawah pantat, sedangkan kepala menyatu dengan lutut.
Ahirnya pada tahap
ketujuh waktu tahun ke tiga atau 1000 hari, semua tulang akan terkumpul bersama
sebelum kemudian ahirnya melebur dengan tanah.
Jika diamati gerakan tulang dalam proses pembusukan ini akan
sama dengan gerakan pertumbuhan jabang bayi dalam alam kandungan namun dengan
arah yang terbalik. Pada ilmu sufi yang bersumber dari tarekat syathoriyah ini
( berasal dari lingkungan kasepuhan Cirebon), proses ini mengandung arti
mistis, sehingga dalam setiap proses layak untuk diperhatikan dan atas alasan
inilah mengapa slametan perlu
dilaksanakan.
Nah, begitulah Rahasia dibalik selamatan setelah orang meninggal, kiranya adat para leluhur kita yang sangat
kaya akan ilmu pengetahuan yang jauh melampaui akal pemikiran orang zaman
modern. Semua dilandasi oleh ilmu ilahiyah yang sangat jarang dimiliki manusia
pada umumnya. Jadi bersyukurlah dan jangan malu untuk tetap melestarikan ajaran
leluhur.
* Diolah dari berbagai sumber