[Tokoh Santri pejuang kemerdekaan] |
Pemerintah telah menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari
Santri, pemilihan tanggal tersebut diambil dari Resolusi Jihad Ulama pada 22 Oktober 1945. Ketika itu tentara Belanda mendompleng kekuatan sekutu untuk mengacaukan deklarasi kemerdekaan Indonesia.
Namun dalam perjalanannya, peran pesantren seperti
terlupakan atau malah sengaja dilupakan oleh bangsa ini, sehingga baru setahun
yang lalu hari bersejerah itu baru di akui sebagai hari besar nasional.
Adalah Kyai Abbas ( 1879-1946 ), adalah sesepuh di Pondok
Pesantren Buntet Cirebon. Beliau adalah murid sekaligus teman seperjuangan KH.
Hasyim Asyari. Beliau pertama belajar
agama pada ayahnya sendiri Kyai Abdul Jamil, setelah itu beliau berkelana
diberbagai pesantren di Jawa dan ahirnya bertolak ke Makkah untuk menunaikan
haji sekaligus memperdalam ilmu agama pada sejumlah guru disana antara lain
Ayekh Mahfudz dari tremas (Jatim). Kyai Mahfudz sendiri adalah murid Syekh
Nawawi Banten.
Kyai Abbas memimpin Pondok Pesantren Buntet pada berbagai era kekacauan
politik, kolonialisme belanda, fasisme jepang, agresi militer belanda sampai
perjuangan kemerdekaan Indonesia. Selama masa agresi ini serangan dari pihak
Belanda dan Jepang memang menjadi rintangan tersendiri. Beliau sendiri termasuk
salah satu tokoh pergerakan.
Pada masa pendudukan Jepang beliau menjadi anggota Kongres
Rakyat (Sangikai). Berbekal latihan militer ketika bergabung dengan PETA,
beliau memimpin langsung pertempuran dalam agresi militer Belanda pasca PD II
yang bertujuan mengancam proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945.
Kyai Abbas waktu itu adalah komandan Sabililah dan
Hisbullah, kedua unit pasukan itulah yang diterjunkan pada pertempuran
patriotik 10 November 1945 di Surabaya. Diantara pasukan yang di komandoi
banyak sejumlah kyai dari Cirebon antara
lain Kyai Annas, Kyai Murtadlo, Kyai Sholeh, Kyai Mujahid, Kyai Mustamid Abbas,
Kyai Hawi dan Kyai Busyral Karim.
Sebelum itu, beliau juga ikut mendeklarasikan
“Deklarasi Resolusi Jihad “ bersama
barisan Ulama. Deklarasi yang menghimbau setiap muslim untuk berperang melawan
kafir (penjajah) dan bahwa perang membela tanah air adalah termasuk perang suci
(Jihad).
Dalam buku sejarah Nasional tampaknya tidak pernah tertulis
bahwa peran Kyai Abbas sangat penting dalam pertempuran 10 November 1945.
Awalnya Bung Tomo yang mengomandoi tentara RI mendesak KH. Hasyim Asyari untuk
segera menentukan hari H penyerangan, namun KH. Hasyim Asyari memerintahkan
untuk bersabar menunggu kedatangan Kyai Abbas beserta rombongannya dari
Cirebon. Setelah rombongan tiba ahirnya diputuskanlah tanggal 10 November 1945.
Hingga ahir hayatnya, Kyai Abbas aktif baik di pergerakan
sosial maupun politik. Keikutsertaanya dalam pergerakan dapat dilihat dari
posisi penting antara lain, Mursyid Thoriqoh Syathoriyah, Anggota Dewan
Muhtasyar NU Pusat, Rais Am Dewan Syuriah NU Jawa Barat, Komandan Sabililah dan
Hizbulah, dan wakil Ulama Jawa Barat dalan KNIP.
Selamat hari Santri, 22 Oktober 2016. Dari Santri untuk
Negri, Jayalah Santri jayalah Negri
*di olah dari berbagai sumber
0 komentar:
Posting Komentar