flickr.com |
Fenomena Ahok memang sangat “menggila” seperti orangnya.
Tidak sedikit ulah kontroversinya menjadi bahan kajian yang sedikit banyak
tentu memberikan pengetahuan bagi orang awam. Salah satunya adalah tafsiran Qs.
Al Maidah 51, yang terus menjadi perbincangan masyarakat kebanyakan.
Gelombang protes terus saja mengalir dari berbagai kalangan
karena Ahok dinilai telah menistakan agama Islam dengan menyebutkan bahwa warga
DKI yang muslim dibohongi oleh oknum politisi dengan menggunakan ayat tersebut
untuk tidak memilih pemimpin non muslim.
Ditengah kondisi ini, para pakar menjelaskan tafsiran QS. Al
Maidah ayat 51 sesuai dengan keyakinan pemahamannya masing-masing. Seperti
diketahui arti ayat tersebut jika diterjemahkan adalah sebagai berikut
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin, sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barang siapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim “. QS. Al Maidah – 51
Namun benarkah ayat di atas menekankan jika seorang muslim
dilarang memilih pemimpin non muslim?
Pakar ilmu tafsir Prof. Quraish Shihab menjelaskan secara
gamblang dalam pengajian Tafsir Al Misbah di salah satu acara tv swasta, beliau
menjelaskan bahwa ayat di atas tidaklah berdiri sendiri, namun ada kaitan yang
erat dengan ayat sebelumnya. Melepaskan ayat lain dan hanya memenggal satu ayat
berakibat pada kesimpulan ahirnya. Padahal QS. Al Maidah – 51 adalah kelanjutan
konsekuensi dari petunjuk-petunjuk sebelumnya.
Pada ayat sebelumnya, Al Qur’an diturunkan untuk meluruskan
apa yang keliru dari kitab Taurat dan Injil akibat ulah kaum-kaum sebelumnya.
“jadi, mereka dinilai enggan mengikuti tuntunan Tuhan tapi
senang mengikuti tuntunan jahiliyah” jelasnya.
Kemudian dilanjutkan dengan ayat 51 tersebut, kalau memang
seperti itu sikap orang-orang Yahudi dan Nasrani ( mengubah kitab suci mereka,
enggan mengikuti petunjuk Al Qur’an, keinginannya mengikuti adat Jahiliyah) maka
“wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu menjadikan orang-orang Yahudi
dan Nasrani menjadi awliya”
Menurut Quraish shihab, kaitan ayat 51 ini sangat erat
dengan ayat sebelumnya.
“kalau begitu sifat-sifatnya, jangan jadikan mereka awliya…”
Dalam ayat ini, larangan untuk tidak mengangkat mereka
menjadi “awliya” di maksudkan jangan mengangkat Yahudi dan Nasrani yang
memiliki sikap seperti dikemukakan di atas menjadi sekutu atau teman setia atau
wali. Sehingga engkau membocorkan rahasia kepada mereka, dan tidak ada batas
antara mereka denganmu.
“dengan demikian, kata “awliya” bukan sebatas pemimpin, itu
pun jika mereka enggan mengikuti tuntunan Allah dan hanya mau mengikuti
tuntunan Jahiliyah” kata Quraish Shihab.
Dalam hal ini kemudian Quraish Shihab memberikan gambaran,
jika ada pilihan antara pilot yang mahir namun non muslim dan pilot amatir
namun muslim, kita akan pilih mana? Atau jika ada pilihan antara dokter Nasrani
yang kaya pengalaman dan dokter Muslim tapi masih minim pengalaman.
Dalam konteks ini, bagi Quraish shihab tidak di larang. Yang
dilarang adalah melebur sehingga tidak ada sekat perbedaan baik dalam
kepribadian maupun dalam keyakinan. Sehingga karena sudah tidak ada batas kita
bisa saja menyampaikan hal-hal yang bersifat rahasia kepada mereka, itu yang di
larang.
Kemudian makna dari kata “ sebagian mereka adalah “awliya”
dari sebagian yang lain”. Artinya, sebagian orang Yahudi bekerjasama dengan
orang Nasrani, walaupun mereka berbeda agama tetapi punya tujuan yang sama
yaitu mencederai kita umat muslim. Oleh sebab itu, siapapun yang menjadikan
mereka sekutu dan meleburkan kepribadian muslimnya sehingga sama keadaannya
(sifat-sifatnya) dengan mereka, oleh ayat ini (muslim) dianggap sama dengan
mereka.
simak videonya :
Sumber: fiqihmenjawab.net
0 komentar:
Posting Komentar