Carilah pengetahuan seluas-luasnya sampai kamu tidak tahu seluas apa pengetahuanmu

Sabtu, 22 Oktober 2016

Tokoh Santri dalam perjuangan kemerdekaan RI

Kyai Abbas, tokoh santri perjuangan
[Tokoh Santri pejuang kemerdekaan]

Pemerintah telah menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri, pemilihan tanggal tersebut diambil dari Resolusi Jihad Ulama pada 22 Oktober 1945. Ketika  itu tentara Belanda mendompleng kekuatan sekutu untuk mengacaukan deklarasi kemerdekaan Indonesia.

Namun dalam perjalanannya, peran pesantren seperti terlupakan atau malah sengaja dilupakan oleh bangsa ini, sehingga baru setahun yang lalu hari bersejerah itu baru di akui sebagai hari besar nasional.

Adalah Kyai Abbas ( 1879-1946 ), adalah sesepuh di Pondok Pesantren Buntet Cirebon. Beliau adalah murid sekaligus teman seperjuangan KH. Hasyim Asyari. Beliau pertama belajar  agama pada ayahnya sendiri Kyai Abdul Jamil, setelah itu beliau berkelana diberbagai pesantren di Jawa dan ahirnya bertolak ke Makkah untuk menunaikan haji sekaligus memperdalam ilmu agama pada sejumlah guru disana antara lain Ayekh Mahfudz dari tremas (Jatim). Kyai Mahfudz sendiri adalah murid Syekh Nawawi Banten.

Kyai Abbas memimpin Pondok Pesantren Buntet pada berbagai era kekacauan politik, kolonialisme belanda, fasisme jepang, agresi militer belanda sampai perjuangan kemerdekaan Indonesia. Selama masa agresi ini serangan dari pihak Belanda dan Jepang memang menjadi rintangan tersendiri. Beliau sendiri termasuk salah satu tokoh pergerakan.

Pada masa pendudukan Jepang beliau menjadi anggota Kongres Rakyat (Sangikai). Berbekal latihan militer ketika bergabung dengan PETA, beliau memimpin langsung pertempuran dalam agresi militer Belanda pasca PD II yang bertujuan mengancam proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945.

Kyai Abbas waktu itu adalah komandan Sabililah dan Hisbullah, kedua unit pasukan itulah yang diterjunkan pada pertempuran patriotik 10 November 1945 di Surabaya. Diantara pasukan yang di komandoi banyak sejumlah kyai  dari Cirebon antara lain Kyai Annas, Kyai Murtadlo, Kyai Sholeh, Kyai Mujahid, Kyai Mustamid Abbas, Kyai Hawi dan Kyai Busyral Karim.

Sebelum itu, beliau juga ikut mendeklarasikan “Deklarasi  Resolusi Jihad “ bersama barisan Ulama. Deklarasi yang menghimbau setiap muslim untuk berperang melawan kafir (penjajah) dan bahwa perang membela tanah air adalah termasuk perang suci (Jihad).

Dalam buku sejarah Nasional tampaknya tidak pernah tertulis bahwa peran Kyai Abbas sangat penting dalam pertempuran 10 November 1945. Awalnya Bung Tomo yang mengomandoi tentara RI mendesak KH. Hasyim Asyari untuk segera menentukan hari H penyerangan, namun KH. Hasyim Asyari memerintahkan untuk bersabar menunggu kedatangan Kyai Abbas beserta rombongannya dari Cirebon. Setelah rombongan tiba ahirnya diputuskanlah tanggal 10 November 1945.

Hingga ahir hayatnya, Kyai Abbas aktif baik di pergerakan sosial maupun politik. Keikutsertaanya dalam pergerakan dapat dilihat dari posisi penting antara lain, Mursyid Thoriqoh Syathoriyah, Anggota Dewan Muhtasyar NU Pusat, Rais Am Dewan Syuriah NU Jawa Barat, Komandan Sabililah dan Hizbulah, dan wakil Ulama Jawa Barat dalan KNIP.
   
Selamat hari Santri, 22 Oktober 2016. Dari Santri untuk Negri, Jayalah Santri jayalah Negri  

*di olah dari berbagai sumber




Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

Arsip blog

Diberdayakan oleh Blogger.