gambar via Beritasatu.com |
Peradaban Manusia terus berubah seiring dengan kemajuan
zaman dan kebutuhan hidup yang dinamis. Peralatan canggih dan teknologi yang
mutahir satu demi satu ditemukan guna memenuhi kebutuhan manusia yang tidak
pernah puas dan cenderung serakah.
Namun ditengah modernitas kehidupan dunia seperti sekarang
ini, di Indonesia masih ada beberapa suku yang menolak dunia luar dan tetap
bertahan dengan budaya warisan leluhur yang jauh dari sifat hedonis dan materialistis.
Langsung cek aja deh beberapa suku yang masih bertahan di
tengah modernitas dunia yang dirangkum tonapedia dari beberapa sumber.
Wikipedia |
1. Suku Korowai di Papua
Suku ini baru ditemukan sekitar 30 tahun yang lalu di
pedalaman Papua dan berpopulasi sekitar 3000 orang. Suku korowai adalah salah
satu suku di dataran Papua yang tidak menggunakan koteka.
Mereka mempunyai tempat tinggal yang tidak
lazim dengan masyarakat umumnya, yaitu membangun rumah diatas pohon yang
tinggi. Bahkan, beberapa ada yang tingginya mencapai 50 meter dari permukaan
tanah. Sampai tahun 1970 mereka tidak mengetahui masyarakat lain selain
kelompok mereka sendiri.
wikipedia |
2. Suku Dayak Punan di pedalaman Kalimantan
Punan adalah salah satu rumpun suku dayak yang terdapat di
pedalaman Kalimantan. Tersebar di Kalimantan barat, Kalimantan tengah dan
Kalimantan timur. Dalam sebuah riwayat cerita, leluhur mereka berasal dari
negri “yunan” sebuah Negara di daratan Cina.
Dari keseluruhan Suku Dayak, Punan adalah suku paling
terbelakang dengan tinggal di goa-goa, anak sungai dan sebagainya. Mereka tidak
mengenal pakaian bagus dan kemajuan zaman. Labih anehnya lagi mereka alergi
terhadap sabun.
liputan6.com |
3. Suku Samin di Blora Jawa Tengah
Suku Samin (Saminisme) adalah masyarakat keturunan para
pengikut Samin Surosentiko yang bernama
asli Raden Kohar, dialah yang mengajarkan ajaran sedulur sikep, dimana mereka mengobarkan semangat perlawanan
terhadap penjajah belanda dengan cara menolak membayar pajak, menolak segala
peraturan yang di buat pemerintah kolonial. Mereka kemudian mengisolasi diri
hingga pada tahun 70-an mereka baru tahun Indonesia telah merdeka. Samin
Surosentiko sendiri diasingkan di padang dan meninggal disana pada tahun 1914.
Konsentrasi populasinya banyak terdapat di kawasan Blora
Jawa Tengah dan Bojonegoro Jawa Timur. Jumlah mereka tidak banyak dan tinggal
di kawasan pegunungan kendeng di perbatasan dua provinsi. Kelompok samin lebih
suka disebut wong sikep.
sulsel.pojoksatu.id |
4. Suku Kajang di Sulawesi Selatan
Suku kajang adalah sebuah suku yang berada di kabupaten
bulukumba lebih tepatnya kecamatan kajang. Sebuah suku klasik yang masih
mempertahankan adat leluhur mereka yang sakral.
Secara turun temurun mereka tinggal di kecamatan Kajang.
Mereka terbagi menjadi dua kelompok, Kajang Dalam dan Kajang Luar (mirip suku
badui yah…). Suku Kajang dalam hanya tinggal di dusun Benteng, mereka sangat
menolak dengan kehidupan modern seperti teknologi dan kegiatan ekonomi yang
semakin menggeliat di kabupaten Bulukumba. Mereka beranggapan bahwa hidup
modern akan menjauhkan mereka dengan warisan leluhur dan keseimbangan alam.
Sementara Suku Kajang
luar hidup dan menetap di tujuh desa di Bulukumba. Untuk urusan pelaksanaan
kegiatan adat, baik Kajang dalam dan Kajang Luar akan berkumpul di dusun
Benteng.
beritasatu.com |
5. Suku Baduy/Badui di Lebak Banten
Suku baduy/badui adalah masyarakat sub-etnis Sunda di
wilayah Lebak Banten, tepatnya desa kanekes, kecamatan Leuwidamar kabupaten
Lebak. Mereka menerapkan system isolasi terhadap dunia luar. Mereka memiliki
keyakinan tabu untuk difoto, terutama untuk kelompok Badui Dalam, sedangkan
Badui Luar sudah bercampur dengan gaya hidup warga kebanyakan.
Sebutan “baduy” sendiri merupakan sebutan oleh masyarakat
diluar komunitas tersebut. Ada yang menyamakan mereka dengan suku arab badawi yang suka berpindah-pindah (nomaden). Ada pula menganggap karena adanya
sungai baduy dan gunung baduy yang ada di bagian utara kawasan tersebut. Mereka
sendiri lebih suka dipanggil Urang
Kanekes. Agama yang banyak dianut mereka adalah Sunda Wiwitan.
Okeh… itulah tadi beberapa suku-suku yang masih
mempertahankan ajaran dan adat istiadat leluhur mereka dengan kuat. Memang
secara tidak langsung mereka adalah asset kekayaan budaya yang di miliki bangsa
Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar