Slametan adalah tradisi yang dilakukan kebanyakan orang di
pulau Jawa sebagai ungkapan rasa syukur
terhadap nikmat yang yang telah diterima. Terkadang juga ada yang dilakukan
guna menangkal timbulnya perkara yang buruk. Slametan sangat identik dengan
perayaan siklus kehidupan.
Slametan sangat populer disemua kalangan, baik yang taat
beragama maupun tidak (abangan), yang berpangkat maupun rakyat jelata, baik
kaya maupun miskin. Masyarakat umumnya menganggap bahwa kehidupan berkembang
melalui tahapan-tahapan dari sebelum kelahiran sampai sesudah kematian. Semua
tahapan dianggap penting karena merupakan hal yang sensitif. Karena semua tahap
diluar kendali kekuasaan manusia, maka disarankanlah slametan dengan harapan
semua berjalan lancar atau untuk merayakan setelah berhasil dalam melewati
suatu tahap.
Slametan diserap dari bahasa arab Salamah yang mempunyai arti selamat atau damai. Pada dasarnya tujuan slametan adalah sedekahan, dalam hal-hal tertentu diartikan doa. Jadi pada dasarnya tradisi ini sangat islami, karena islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk senantiasa bersedekah dan berdoa, baik ketika akan menghadapi hal penting ataupun guna menangkal suatu musibah.
Seorang antropolog Clifford Geertz (1960) berpendapat agama
penduduk jawa adalah islam dengan pemikiran yang mengadopsi perpaduan antara
Hindu-Budha-Animisme. Slametan adalah kegiatan utama Ulama Abangan. Dirinya
berpendapat slametan adaalah refleksi dari perpaduan antara
Hindu-Budha-Animisme dalam Islam Jawa.
Slametan pada prakteknya terbagi menjadi beberapa macam
ritual dengan nama yang berbeda namun tetap saja satu makna. Berikut ini adalah
beberapa jenis slametan :
KEHAMILAN
Ketika slametan dilakukan dalam acara yang berhubungan
dengan proses kehamilan misalnya, ada yang dinamakan slametan tebus weteng/tingkeban, adalah slametan yang diadakan
ketika bayi berumur tujuh bulan dalam kandungan. Pada tahap ini diyakini bayi
sudah dalam wujud sempurna dengan segala organ tubuhnya, juga bersih dari noda
dan dosa. Dalam kondisi ini orangtua berharap agar semua proses persalinan
berjalan lancar.
Setelah bayi lahir kemudian ada yang dinamakan bancakan yaitu slametan kecil-kecilan
dengan nasi dan lauk seadanya kemudian dibagikan kepada tetangga terdekat untuk
memberi tahu bahwa bayi baru saja lahir.
Setelah beberapa hari kemudian diadakan puputan dalam artian tali pusar sudah terlepas. Dalam tahap ini
biasanya diadakan slametan pemberian nama bagi bayi, bagi yang mampu biasanya
dibarengi dengan upacara akikahan.
Dewasa ini acara slametan puputan biasanya di selingi dengan pembacaan Maulid Nabi atau
semacam Marhabanan. Ketika hadirin melantunkan Marhaban sambil berdiri, sang
ayah atau biasanya kakek sang bayi membawa bayi berkeliling dalam majelis itu
dan satu persatu menempelkan minyak wangi pada alis sang bayi.
KHITANAN /KAWINAN
Slametan dalam tahap ini biasa disebut dengan Walimahan.
Walimahan sendiri diadopsi dari anjuran Syari’at dengan tujuan mengabarkan
bahwa sifulan sudah dikhitan atau sifulan sudah menikah. Biasanya dilaksanakan
setelah anak sudah di khitan atau kedua mempelai pengantin sudah melakukan ijab
Kabul.
SETELAH KEMATIAN
Prosesi slametan pada tahap ini bisa dibilang lebih banyak
dari pada tahap lainnya. Karena dalam tahap ini nanti ada yang dinamakan Nelung dina (tiga hari), Mitungdina (tujuh hari), Nyatus (seratus hari), Mendak pisan (setahun pertama), Mendak Pindo (setahun kedua), Mendak ping Telu (setahun ketiga).
Kalau semua proses itu sudah dilaksanakan maka dianggap upacara telah sempurna.
0 komentar:
Posting Komentar