Carilah pengetahuan seluas-luasnya sampai kamu tidak tahu seluas apa pengetahuanmu

Kamis, 17 November 2016

Fatamorgana Nikmat Surgawi



Fatamorgana Nikmat Surgawi
Gambar Ilustrasi


“ aku melayang di awan  mengikuti irama angin berhembus, melayang-layang laksana  sejimpit kapas tipis yang menembus awan dan mengarungi samudra biru. Lama nian aku terkesima dengan guratan-guratan lukisan sang pencipta yang tak pernah sirna. Nun jauh disana ada pemandangan elok yang melambai, dan saat itu pula aku menghampiri. Ku lihat hamparan padang yang hijau dan menawan, diwarnai oleh bunga-bunga yang berkembang nan wangi yang semerbak. Gemercik air mengalun seperti kericing gelang kaki putri yang sedang menari.  


“ aku celingak celinguk sendiri merasa heran dibumi manakah ada padang secantik ini, perlahan ku telusuri jalan-jalan setapak ditengah taman yang begitu memukau. Semua  serba tersedia dari segala jenis buah-buahan yang manis, makanan yang semuanya lezat dan istana yang megah lengkap dengan pelayan yang menawan. Tidak ada yang tidak mungkin disini, tinggal ngomong semua langsung terkabul. Kantong ajaib doraemon kalah jauhlah pokoknya, kalau doraemon hanya mengeluarkan alat kalau disini langsung wujud.”

“lama aku bengong, tampak sesosok lelaki dengan jenggot putih panjang tergerai menghampiri diriku yang masih planga plongo, mulutku pun melompong seperti mulut gua,  mataku terkesima seperti mata rebung bambu yang tak bisa berkedip.”

“apa yang kau kagumi dari pemandangan di depan wahai kisanak…??”
“semua kenikmatan yang kamu lihat belum seberapa…” kata sosok itu dengan wibawa
“nikmat yang paling agung yaitu ketika kamu duduk bersama pemilik padang  ini…”
“pulanglah wahai kisanak… disini bukan tempat engkau mencari pemilik padang ini”

Dan mbok jlegidag…
Aku terjatuh dari bale bambu, tempat yang menjadi peraduan setiaku setelah lelah seharian ndorong grobag demi sesuap nasi. Dalam hati aku penasaran, “apa iya itu gambaran surga?”. Lama aku merenungi namun kubuang saja angan-angan itu mengingat siapalah aku ini bisa bermimpi ada di surga.

 Sampai suatu ketika Mas Muji mampir ke gubug reot tempat tinggalku. Mas muji adalah penduduk biasa seperti kebanyakan namun ahlak dan pituturnya sangat lembut dan penuh dengan mutiara kasih. Umurnya masih muda tapi tingkat kedewasaan dan kebijaksanaannya jauh melampaui umurnya.

BACA JUGA : IKHLAS TERBALUT NAFSU

“Anta maqsudii wa ridhoka mathluubii..” ucap mas muji setelah aku menyuguhkan kopi di hadapannya. Entah kenapa mas muji langsung mengucapkan kata-kata tersebut. Sambil cengengesan seperti biasanya mas muji mulai cerita sana sini tentang nikmatnya hidup. 


“Anta Maqshudii.. Wa Ridloka Mathluubii….
Keridhoan Allah lebih manis dari nikmat surga dan murkaNya lebih pedih dari siksa Neraka"

   “nikmatnya hidup itu tergantung apa yang dirasakan di dalam hati, jika hati sempit ya semua jadi sempit walaupun hidup di padang yang luas pun akan terasa sempit. Sebaliknya jika hati lapang, maka semua hal juga akan terasa lapang, walaupun hidup di gubug reot semacam ini..” cerocos mas muji

    “maksude apa mas…?” tanyaku

     “ lha nikmat terbesar itu kalau hati sudah terpaut dengan dzat yang telah memberi kenikmatan sehingga tidak silau dengan kenikmatan itu sendiri. Jadi tidak mengeluh kalau di kasih kesusahan dan kesedihan dan tidak girang ketika di coba kemewahan dan kesenangan. Tidak jumawa ketika di beri pangkat yang tinggi dan tidak menista kala dicoba menjadi rakyat jelata. Tapi kaya gitu berat melakukannya..” jelas mas muji.

   “lho… jadi kenikmatan dan ketenaran juga termasuk cobaan ya mas…?” tanyaku

   “ ya mungkin seperti itu, lha wong kita hidup ini kan tujuannya pasti pulang ke hadirat tuhan kan? Pulang dengan membawa keridhoan dan catatan welas asih kita kepada semua hambaNya. Bukan mencapai kenikmatan atau kesengsaraan setelah kontrak hidup kita selesai.”

  “ jika, ketika di dunia kita hanya mencari bekal untuk kebahagiaan setelah mati dengan cara menumpuk banyak amal dan ndilalah masuk surga misalnya, kemudian  disana di cueki gusti alloh apa iya ngga malu..? penduduk lainnya di sapa, di ajak kongkow misalnya, lha kita di cuekin karena pada awalnya tujuan kita hanya mencari kenikmatan surgawi belaka. Dan perlu tau saja nikmat yang ngga akan pernah ada habisnya ya.. ketika sedang bersama Allah di surga.” kata mas muji.

  “ow… jadi itu maksud dari ucapan njenengan tadi itu yah.. Anta Maqsuudii wa ridloka mathluubii…” Tanyaku lagi

  “ee.. embuuh… emang aku tadi ngomong apa??” jawab mas muji sambil ngacir….

Aku tertegun setengah bingung melihat tingkah konyol Mas Muji yang tiba-tiba langsung kabur kaya melihat  setan berkepala manusia. Dalam hati aku merenungi tentang mimpi tempo hari yang aku alami.

Mungkinkah surga dan neraka hanyalah sebuah cobaan apakah kita benar-benar tulus dalam mematuhi perintah Tuhan….

Ah… Wallahu A’lam


Tangerang, 17 September 2016


Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

Arsip blog

Diberdayakan oleh Blogger.